Budi Daya Hewan yang Paling Mudah dan Menguntungkan saat Ini, Bisa Dicoba di Rumah

Budi Daya Hewan yang Paling Mudah dan Menguntungkan saat Ini, Bisa Dicoba di Rumah

Peternakan hewan seringkali dianggap sebelah mata oleh masyarakat Indonesia, terutama karena sering dikaitkan dengan pekerjaan di tempat yang kotor dan tidak higienis. Di tengah tren kehidupan urban yang cenderung mengarah pada pekerjaan kantoran yang nyaman dengan pendingin udara, banyak orang lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam ruangan ber-AC daripada terlibat dalam bisnis peternakan.

Namun, sebenarnya, budidaya hewan ternak memiliki potensi besar sebagai peluang bisnis yang menguntungkan. Meskipun belum sepenuhnya tergolong populer, bisnis ini menawarkan peluang untuk meraih keuntungan yang signifikan tanpa persaingan seketat di pasar lainnya.

Bagi mereka yang masih baru terjun dalam dunia peternakan, banyak jenis hewan yang dapat dibudidayakan dengan relatif mudah. Langkah awal ini memungkinkan para pemula untuk belajar dan mengembangkan keterampilan mereka tanpa terlalu banyak risiko. Dengan begitu, peternakan tidak hanya menjadi sumber penghasilan tambahan, tetapi juga peluang untuk berkontribusi pada perekonomian dan keberlanjutan lingkungan.

Jika Anda baru memulai di bidang peternakan, lebih baik memilih jenis ternak yang mudah dirawat dan pakan yang ekonomis. Ini karena biaya pakan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional, bahkan bisa mencapai 60 persen dari total biaya.

Berikut 10 terna

1. Ternak Lele

1. Ternak Lele

Bisnis ternak lele semakin populer di kalangan masyarakat karena dianggap mudah dirawat dan memerlukan modal yang relatif kecil. Metode beternak lele pun bervariasi, seperti menggunakan kolam terpal atau drum/tong. Dalam waktu singkat, sekitar 40-50 hari, panen ikan lele bisa dinikmati. Keuntungan lainnya adalah biaya pakan yang terjangkau, dapat menggunakan pakan limbah tanpa mengurangi gizi lele.

Kelebihan beternak lele tidak hanya terletak pada kemudahan perawatan dan modal yang kecil, tetapi juga pada potensi keuntungan yang dapat diperoleh dengan cepat. Panen ikan lele dalam waktu singkat memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi secara cepat. Selain itu, kemampuan lele untuk menggunakan pakan limbah mendukung aspek ekonomis usaha ini. Oleh karena itu, bisnis ternak lele bukan hanya murah meriah tetapi juga menjanjikan hasil yang menguntungkan.

Untuk memulai usaha beternak lele, tidak diperlukan lahan yang luas, sehingga dapat dijalankan di rumah atau pekarangan. Ini memudahkan orang untuk terlibat dalam bisnis ini tanpa kendala ruang.

Ini 10 Jenis Sapi dengan Bobot Terberat di Dunia, Nomor Satu dari Italia

Ini 10 Jenis Sapi dengan Bobot Terberat di Dunia, Nomor Satu dari ItaliaSapi merupakan hewan ternak yang banyak ditemui di berbagai belahan dunia. Tahukah kamu, bahwa ada sekitar 250 jenis sapi yang pernah ditemukan di dunia.
Melansir dari kami, masing-masing jenis tersebut memiliki warna, ukuran, dan ras yang berbeda-beda. Biasanya, ukuran sapi dipengaruhi faktor genetik, pola makan, serta lingkungan.

Kira-kira, apa ya jenis sapi paling berat di dunia? Yuk, simak di artikel berikut.

10 Jenis Sapi Terberat di Dunia

  1. Chianina

Jenis sapi terberat di dunia adalah Chianina, jenis sapi yang berasal dari Tuscany, Italia. Berat badannya rata-rata 1.700 kilogram dan tingginya sekitar 2 meter!

Jenis sapi Chianina ini sering dimanfaatkan untuk produksi daging sapi. Jenis sapi ini juga dulu digunakan untuk menarik kereta atau gerobak berat.

Sapi Chianina tahan terhadap parasit serta iklim yang hangat, sehingga jenis sapi ini cukup populer untuk dipelihara sebagai ternak.

2. South Devon

Di posisi kedua untuk peringkat sapi terberat di dunia, ada sapi jenis South Devon dari Britania Raya. Berat badannya rata-rata 1.600 kilogram, dan bahkan ada yang bisa mencapai 2.000 kilogram.

Sapi ini juga dikenal dengan julukan “The Gentle Giant” atau raksasa yang lembut. Sapi South Devon dimanfaatkan untuk produksi susu dan daging.

3. Maine-Anjou

Di peringkat ketiga ada sapi Maine-Anjou yang berasal dari wilayah Anjou, Prancis. Beratnya sekitar 1.400 kilogram.

Sapi jenis ini mudah gemuk dan ototnya gampang terbentuk. Selain itu, susu yang diproduksi juga berkualitas. Sehingga sapi Maine-Anjou adalah aset yang berharga bagi peternak.

4. Glan Cattle

Selanjutnya adalah Glan Cattle yang berasal dari wilayah Rhine-Palatinate, Jerman. Beratnya bisa mencapai 1.200 kilogram.

Dikutip dari GGI Spermex, daging sapi Glan Cattle memiliki tekstur lembut dan marbling yang bagus. Jenis sapi ini juga subur dalam bereproduksi.

5. German Angus

Masih dari Jerman, sapi paling berat kelima di dunia adalah German Angus. Beratnya sekitar 1.200 kilogram.

Mengutip Roy’s Farm, jenis sapi ini tidak muncul secara alami, melainkan hasil persilangan antara sapi Aberdeen Angus dan berbagai jenis sapi asal Jerman seperti Fleckvieh, German Black Pied Cattle, dan Gelbvieh.

Tujuan persilangan ini adalah mengembangkan sapi yang tidak bertanduk, bertemperamen baik, berukuran besar, menghasilkan susu yang banyak, dan memiliki daging dengan lemak lebih sedikit daripada jenis sapi Angus keturunan murni.

6. Montbeliarde

Di posisi keenam ada jenis sapi Montbeliarde yang berasal dari wilayah Montbeliard, Prancis. Berat sapi ini bisa mencapai 1.200 kilogram.

Mengutip The Cattle Site, jenis sapi ini tahan terhadap penyakit mastitis, yaitu kondisi pembengkakan kelenjar susu akibat infeksi bakteri. Jenis sapi ini juga mudah beradaptasi dengan lingkungannya, bahkan jika iklimnya ekstrim.

7. Parthenaise

Posisi ketujuh diduduki sapi Parthenaise yang berasal dari Deux-Sevres, Prancis. Berat sapi ini bisa mencapai 1.150 kilogram.

Jenis sapi ini memproduksi susu berkualitas tinggi. Susunya diolah untuk memproduksi mentega. Jenis sapi ini juga dulu digunakan untuk mengangkut barang dan kendaraan berat.

8. Limousin

Sapi terberat kedelapan di dunia adalah sapi Limousin yang berasal dari wilayah Limousin, Prancis. Beratnya sekitar 1.100 kilogram. Jenis sapi ini dipercaya sudah ada sejak 20.000 tahun lalu, berdasarkan gambar-gambar pada dinding Gua Lascaux di Prancis.

Selain untuk memproduksi daging, jenis sapi Limousin juga digunakan sebagai hewan pekerja. Jenis sapi ini juga dijuluki “The Carcase Breed” karena daging sapi jenis ini memiliki proporsi tulang dan lemak yang sangat sedikit. Kualitas dagingnya tinggi, tak peduli pada umur berapa sapi ini disembelih.

9. Bazadaise

Di posisi sembilan ada jenis sapi Bazadaise yang berasal dari wilayah Bordeaux, Prancis. Beratnya mencapai 1.100 kilogram.

Jenis sapi ini dulunya merupakan hewan pekerja. Sapi Bazadaise tahan terhadap cuaca panas dan dingin, serta tahan terhadap kutu dan lalat. Oleh karena itu, ternak ini kuat dan mudah beradaptasi.

Sekarang, sapi Bazadaise terkenal akan dagingnya yang enak dan rendah lemak dan memiliki marbling yang bagus.

10. Charolais

Terakhir, sapi terberat kesepuluh di dunia adalah Charolais, yang berasal dari wilayah Charolles di Prancis. Beratnya mencapai 1.100 kilogram.

Sapi Charolais mudah dipelihara karena mampu beradaptasi dengan sistem pemberian makanan apapun, baik sistem pemberian makan rumput maupun sistem pemberian makan yang intensif.

Karena jenis sapi ini lambat tumbuh dewasa, Charolais cocok dibesarkan hingga menjadi gemuk. Charolais juga cocok disilangkan dengan jenis sapi lain.

 

Sapi yang Sedikit Kentut Bisa Bantu Kurangi Pemanasan Global, Begini Studi Barunya

Sapi yang Sedikit Kentut Bisa Bantu Kurangi Pemanasan Global, Begini Studi Barunya

Tahukah Anda bahwa mengontrol perut kembung pada sapi bisa menjadi kunci untuk membantu ‘mengekang’ pemanasan global.

Penelitian baru menunjukkan bahwa beternak sapi perah agar lebih sedikit kentut – sehingga melepaskan lebih sedikit metana – dapat mengurangi gas rumah kaca.

Tim dari Curtin University Sustainability Policy Institute di Australia menyisir 27 laporan, dan menarik kesimpulan tentang berbagai cara untuk mengurangi emisi metana di sektor susu dan daging sapi di negara tersebut, demikian mengutip dari nypost.com, Rabu (24/4/2024).

Produksi pangan adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim dan peternakan menyumbang sekitar 10% emisi gas rumah kaca.

Sebuah penelitian pada tahun 2020 menemukan bahwa sendawa dan kentut dari hewan ternak, serta pengelolaan kotoran merupakan kontributor signifikan terhadap pemanasan global.

Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Climate yang menjadi merupakan penelitian pertama yang menunjukkan bahwa mengubah lahan pertanian menjadi hutan atau lahan basah akan menjadi cara yang paling efektif dalam mengurangi gas metana.

Namun, beternak sapi yang tidak banyak mengandung gas juga merupakan sebuah jalan yang perlu ditelusuri.

“Misalnya, mengubah tujuan pembiakan dapat mengurangi produksi metana secara permanen,” kata penulis studi Merideth Kelliher.

“Penelitian telah menemukan bahwa sapi dengan emisi rendah memiliki sifat genetik yang dapat diwariskan yang secara signifikan yang dapat mengurangi produksi metana jika dimasukkan dalam tujuan pembiakan nasional,” tambahnya.

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sifat-sifat yang harus dibiakkan pada sapi untuk menghasilkan emisi metana serendah mungkin,” kata Meredith Kelliher.

Penelitian Sebelumnya

Penelitian Sebelumnya

Para peneliti sebelumnya telah mencoba melatih ternak mereka berkemih guna mengurangi efek urin sapi yang mengandung amonia, yang bila bercampur dengan tanah akan menjadi gas rumah kaca dinitrogen oksida.

Pada tahun 2021, tim ilmuwan berhasil melatih sapi perah untuk menggunakan kandang khusus yang disebut MooLoo untuk menjalankan bisnisnya, mendorong mereka untuk buang air kecil di AstroTurf tanpa merusak lingkungan.

Jika ternak menggunakan MooLoo, mereka diberi hadiah air gula. Jika mereka buang air di luar, mereka disemprot air selama tiga detik.

“Beginilah cara beberapa orang melatih anak-anak mereka dengan cara membiarkannya di toilet, menunggu sampai mereka buang air kecil, lalu memberi hadiah jika mereka melakukannya,” kata peneliti Lindsay Matthews saat itu.

Sapi-sapi tersebut mengadopsi kebiasaan baru tersebut dengan cepat, dan 11 dari 16 sapi belajar menggunakan MooLoo, yang setara atau lebih unggul dari anak-anak manusia.

“Jika kita dapat mengumpulkan 10 atau 20% urin,” peneliti Douglas Elliffe menambahkan, “hal ini akan cukup untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencucian nitrat secara signifikan,” tambahnya.

Bisnis Beternak Kambing Mini, Perekor Dihargai Rp 25 Juta

Bisnis Beternak Kambing Mini, Perekor Dihargai Rp 25 Juta

Selama ini biasanya beternak kambing untuk dikonsumsi dagingnya, namun ada kambing yang dirawat untuk dijadikan hewan kesayangan karena postur tubuhnya yang mini dan menggemaskan. Dwi Susanto warga Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 2017 mencoba meraih peruntungan dengan membudidyakan pygmy goat atau kambing mini.

Menengok Sejarah Pembuatan Bir di Dortmund Jerman

Menengok Sejarah Pembuatan Bir di Dortmund Jerman

Dortmund menjadi tuan rumah semifinal Euro 2024  Belanda vs Inggris pada Rabu, 10 Juni 2024 atau Kamis dini hari waktu Indonesia barat. Kota ini mulai dibanjiri fans yang mengenakan pakaian warna oranye dan merah khas timnas kedua negara.

Kota di Jerman  ini tidak hanya terkenal dengan klub sepakbolanya. Sebagai jantung budaya wilayah Ruhr, Dortmund terkenal dengan batu bara, baja, dan tentu saja bir. Dengan tradisi panjang pembuatan bir, kota ini memiliki museum pembuatan bir, Brewery-Museum Dortmund.

Museum ini menempati ruang mesin dan produksi bekas pabrik bir Hansa yang berada di wilayah Siegerstrasse, sebelah utara pusat kota Dortmund. Di sini, pengunjung bisa belajar tentang sejarah bir, pembuatan, distribusi, sampai promosinya di masa lalu.

Memberikan penghormatan kepada warisan ini dan menelusuri sejarah pembuatan bir komersial, museum ini terdiri dari bar 1920-an, truk bir dari 1922, dan mesin pembotolan dari 1950-an. Koleksi yang dipamerkan merupakan barang asli yang bersejarah.

Pengunjung bisa belajar tentang pabrik bir Dortmund, produknya, dan juga bagaimana mereka bersaing satu sama lain di pasar. Salah satu pameran yang paling menarik perhatian adalah adalah truknya. Truk ini digunakan untuk promosi menjual minuman mereka dan orang yang mengemudikan tur tersebut saat ini adalah staf museum. Truk Krupp dari tahun 1922 ini hanya dibuat 20 unit.

Ruang bawah tanah memperlihatkan tentang cara pembuatan bir sampai metode distribusi dan pengiriman historis menggunakan kereta kudanya yang mengesankan. Bagian akhir dari kunjungan ke museum ini menyoroti cangkir bir, botol bir, dan kaleng yang juga penting untuk pemasaran bir.

Menara U

Satu lagi museum yang terkait bir adalah Menara U atau Dortmunder U. Museum ini mudah dikenali dari bangunannya. Huruf besar U berlapis emas setinggi 9 meter tampak dari kejauhan, berdiri tegak di atas gedung. Huruf ini awalnya merupakan logo perusahaan Union tempat pembuatan bir, tapi kini telah menjadi landmark kota.

Ini adalah gedung tinggi pertama yang dibangun di Dortmund, antara tahun 1926 dan 1927. Union Brewery menggunakan gedung ini untuk fermentasi dan penyimpanan produk mereka.

Namun, bir tidak lagi dibuat di dalam gedung ini. Pada 1994 tempat pembuatan bir dan semua bangunan di sekitarnya ditutup dan dibongkar; hanya Menara U Dortmund yang selamat karena berstatus landmark. Pada Januari 2008, Menara U Dortmund diputuskan untuk dibangun kembali sebagai proyek unggulan untuk “Ruhr 2010 – Cultural Capital of Europe”.

Bangunan ini sudah diubah menjadi pusat seni dan kreativitas, dan telah menjadi bagian penting dari kancah budaya di Dortmund. Ini juga merupakan rumah bagi Museum Ostwall dan koleksi seni modernnya. Di antara lukisan-lukisan tersebut adalah karya Marc Chagall, Paul Klee dan Pablo Picasso.

Perhiasan dari 3.500 Tahun Lalu Ditemukan di Ladang Wortel, Emas sampai Perunggu

Perhiasan dari 3.500 Tahun Lalu Ditemukan di Ladang Wortel, Emas sampai Perunggu

Penambang Franz Zahn menemukan hiasan bundar pipih Zaman Perunggu Tengah di ladang wortel yang baru dibajak di Güttingen, Canton Thurgau, Swiss. Pada Agustus 2023 itu, ia melaporkan temuannya ke Kantor Arkeologi setempat.
Keesokan harinya, Kantor Arkeologi setempat mengatur dokumentasi dan pemulihan di blok tersebut, seperti dikutip dari laman resmi Thurgau. Berdasarkan hasil penggalian lebih lanjut di laboratorium selama beberapa minggu belakangan, blok tanah tersebut rupanya menyimpan 14 hiasan bundar berduri, dua cincin jari spiral, dan lebih dari 100 manik-manik amber penting dari Zaman Perunggu Tengah (3300-1200 SM).

Lebih lanjut, peneliti juga menemukan gigi beruang dan perhiasan dari amon, moluska yang sudah punah.
Zahn biasanya menyusuri daerah setempat dengan detektor logam. Lazimnya, ia menemukan barang-barang logam rongsokan, tetapi tidak jarang Zahn juga menemukan peninggalan dari Zaman Besi dan Zaman Perunggu.

Saat penemuan perhiasan Zaman Perunggu Tengah tersebut, Zahn sedang di ladang wortel yang baru dipanen seizin pemiliknya. Di ladang itu, ia mendeteksi adanya perhiasan perunggu bundar berduri.

ia memperkirakan, ada peninggalan lain yang tersimpan di sana. Sebab, berdasarkan bentuknya yang khas, peninggalan Zaman Perunggu ini diduga terkubur atau dibuang di sana. Karena itu, sukarelawan arkeologi ini melaporkan temuannya agar diperiksa lebih detail secara arkeologis.

Atas izin petani pemilik lahan, tim dari Kantor Arkeologi setempat datang keesokan harinya. Mereka lalu melakukan pemindahan blok tanah seluas 50 x 50 x 50 cm kubik.

Tim arkeolog mendapati, tidak ada jejak jasad manusia di sana. Ini artinya, kumpulan perhiasan prasejarah tersebut semua dikubur di bawah tanah di dalam wadah atau karung organik.

Blok tanah tersebut diangkut ke laboratorium di Frauenfeld. Temuan-temuan tersebut didokumentasikan lapis demi lapis untuk memperoleh informasi tentang bagaimana perhiasan tersebut bisa masuk ke dalam tanah.

Cara tersebut sebelumnya digunakan pada penemuan serupa di daerah Etzwilen dua tahun lalu. Dengan begitu, peneliti sudah punya gambaran dan pengalaman untuk menangani temuan semaca ini.

Temuan manik-manik kuning di tanah tersebut seukuran kepala peniti. Peneliti harus mengeluarkannya satu per satu dari tanah dengan pinset. Beberapa temuan spiral kawat bersinar emas. Peneliti mendapati, perhiasan tersebut benar-benar terbuat dari emas.

Peneliti juga menemukan mata panah perunggu, gigi berang-berang, gigi beruang berlubang, kristal batu, fosil gigi hiu, amon (hewan bercangkang prasejarah) kecil, dan beberapa bongkahan bijih Polandia. Bijih besi dan amon ini diperkirakan berasal dari daerah Schaffhausen.

Koleksi Perempuan Kaya

14 bundaran pipih dengan tiang rusuk dan duri bundar (semacam pengganti paku), diperkirakan membentuk kalung. Di salah satu sisinya ada lubang sempit yang bisa digunakan untuk menarik benang atau tali kulit.

Tim peneliti menjelaskan, perhiasan tersebut khas Zaman Perunggu Tengah, sekitar tahun 1500 SM. Berdasarkan temuan di pekuburan prasejarah, kalung tersebut biasanya punya bundaran-bundaran yang menarik.

Spiral dipasang di antaranya sebagai pengatur jarak. Sebelas spiral ditemukan di Güttingen. Delapan spiral lainnya sedikit lebih besar, terbuat dari kawat emas murni, dengan berat lebih dari 21 gram.

Lebih dari 100 manik-manik amber dan dua cincin jari berspiral ganda melengkapi temuan ini. Peneliti mendapati, ada juga gigi beruang, kristal, fosil hewan, dan koleksi batu. Mereka menduga, benda nonperhiasan ini dianggap punya fungsi perlindungan atau penyembuhan, serta dipakai sebagai semacam jimat.
Hide quoted text

Berdasarkan hasil penelitian, perhiasan-perhiasan tersebut dibuat saat kebudayaan maju yang penting sedang berkembang di wilayah Mediterania di Mesir dan Kreta. Namun, peradaban ini tidak berdiri di Thurgau atau Güttingen.

Jejak pemukiman desa besar dengan peninggalan Zaman Perunggu sempat ditemukan di sana. Namun, pemukiman di sana diperkirakan baru dibangun sekitar 1000 SM.

Calon Koleksi Museum

Peninggalan Zaman Perunggu Tengah tersebut kini sedang direstorasi agar dapat dipamerkan di Museum Arkeologi di Frauenfeld pada 2024. Sejumlah peninggalan dalam kondisi sangat sensitif sehingga butuh penanganan lebih hati-hati dan cermat.

Lebih lanjut, pihak arkeologi setempat berencana mengumumkan temuan ini lebih luas agar penafsiran ilmiah bisa dilakukan kalangan yang lebih luas. Terlepas dari itu, Kantor Arkeologi setempat menyatakan, jasa penemu dan pemilik ladang wortel amat besar sehingga peninggalan di tanah Thurgau dapat dilestarikan.

 

Penemuan Peradaban Purba di Pulau Sumba, BRIN: Dihuni Manusia 2.800 Tahun Lalu

Penemuan Peradaban Purba di Pulau Sumba, BRIN: Dihuni Manusia 2.800 Tahun Lalu

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan penemuan peradaban purba di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam penemuan tersebut, diketahui bahwa Pulau Sumba telah dihuni man

Penemuan ini didasari oleh studi yang dilakukan Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB) BRIN, Retno Handini. Ia meneliti kekayaan peninggalan prasejarah Austronesia dan budaya berkelanjutan di Sumba.

Lokasi penelitiannya adalah tiga situs yang ada di pulau Sumba yakni situs Lambanapu, Mborombaku, dan Melolo. Situs-situs ini telah diekskavasi dan hasilnya ditemukan berbagai peninggalan seperti kuburan, kendi kuno, cincin, hingga mutiara.

Wilayah yang Dihuni Manusia Ribuan Tahun Lalu
Retno menjelaskan bahwa menurut penanggalan situs tertua di Melolo, diketahui bahwa wilayah tersebut sudah dihuni manusia setidaknya sejak 2.800 tahun lalu. Di situs Melolo ini, terdapat peninggalan yang ditemukan oleh BRIN, antara lain 26 kerangka berusia ratusan ribu tahun dan benda-benda kuno.

“Sementara Situs Lambanapu dihuni sekitar 2.600 tahun lalu. Sedangkan Situs Mborombaku relatif lebih muda sekitar 1300 BP,” ujarnya dikutip dari situs resmi BRIN, Jumat (19/7/2024).

Di situs Lambanapu, peninggalan yang ditemukan antara lain kuburan leluhur suku Sumba, yakni 52 makam dan 58 kuburan tanpa wadah makam.

Selain itu, ditemukan benda-benda peninggalan ain seperti cincin, mutiara, dan benda-benda berbentuk seperti kendi dari tanah liat yang ada hiasan atau ukirannya.

Sementara di area situs Mborombaku, ditemukan sebuah lokasi dekat Sungai Kadahang, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur yang diperkirakan sebagai lokasi leluhur Sumba pertama kali mendarat.

“Kami menemukan juga peninggalan benda kuno berupa keramik seladon fujian Dinasti Yuan pada abad ke-13,” terang Retno.

Menelisik Asal Usul Budaya Nusantara
Terkait penemuan baru ini, Kepala Pusat Riset ALMBB BRIN, Marlon Ririmase mengatakan tentang pentingnya mencari tahu kaitan antara asal usul dan budaya Nusantara dengan peradaban tertentu.

Menurutnya, prasejarah Austronesia merupakan salah satu bagian fundamental dalam riset arkeologi.

“Ini menjadi variabel penting dalam keragaman budaya masyarakat tradisional Indonesia,” ucap Marlon.

Ia berpendapat bahwa ada relasi erat antara migrasi penutur Bahasa Austronesia dalam kaitan dengan kawasan sekitar. Terutama terkait dengan pengetahuan dan tradisi maritim dan teknologi bahari tradisional masyarakat Indonesia.

Ia juga mengatakan hal seperti ini belum banyak muncul dalam temuan-temuan arkeologi di wilayah Sumba.

“Tetapi ini menjadi salah satu prospek dalam riset-riset ke depan yang bisa ditindaklanjuti,” tuturnya.

Penemuan ini menunjukkan hal penting yakni bagaimana ekspresi budaya material yang berciri monumental, yang diwakili oleh tradisi megalitik.

“Hal itu menjadi penanda ikonik sejarah budaya masyarakat Sumba yang masih lestari sampai saat ini,” pungkasnya.

Sejarah dan Peran Sosial Museum

Sejarah dan Peran Sosial Museum

Sejarah Museum

Jeffrey Abt (2006) menjelaskan bahwa sebagian besar catatan tentang sejarah museum dimulai dengan asal-usul etimologis “museum”. Museum dalam kata Yunani kuno merujuk pada situs pemujaan yang dikhususkan untuk kontemplasi (Mouseion), atau Museum Alexandria legendaris yang didirikan pada 280 SM. Dalam publikasi online Encyclopædia Britannica berjudul History of Museums, Geoffrey D. Lewis (n.d.) menyatakan bahwa penggunaan kata museum selama abad ke-19 dan sebagian besar abad ke-20 dilambangkan sebagai bangunan budaya yang menyimpan benda budaya yang dapat diakses oleh masyarakat.

Seiring berlanjutnya respon museum terhadap masyarakat yang menciptakannya, penekanan pada bangunan budaya menjadi kurang dominan. Museum ruang terbuka (open air museum), yang terdiri atas serangkaian bangunan yang diawetkan sebagai objek, dan ecomuseum, melibatkan penafsiran semua aspek lingkungan luar. Selain itu, ada yang disebut museum virtual yang ada dalam bentuk elektronik di Internet. Meskipun museum virtual memberikan kesempatan menarik dan membawa manfaat tertentu bagi museum yang ada, mereka tetap bergantung pada pengumpulan, pelestarian, dan interpretasi benda material oleh museum nyata.

Peran Sosial Museum

Konsep tentang museum mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, demikian pula yang terjadi pada peran sosialnya. Berdasarkan perlakuan terhadap koleksi dan pandangan terhadap museum sebagai institusi, secara sederhana pembabakan sejarah museum di dunia dapat dibagi menjadi tiga fase. Pembabakan berdasarkan perkembangan kajian museologi ini menyebut museum pada ketiga fase tersebut sebagai museum tradisional, museum modern atau eco museum, dan museum postmodern (Magetsari, 2011). Menurut Magetsari, perbedaan mendasar antara museum tradisional dan modern terletak pada fungsi dan orientasinya.

Pada museum tradisional tujuan pendiriannya adalah ‘sekadar’ untuk melestarikan koleksi sekaligus menyenangkan pemiliknya melalui eksibisi untuk publik. Sedangkan pada museum modern, terjadi pergeseran orientasi dari koleksi ke pengunjung. Museum telah beralih fungsi menjadi ikon budaya dengan misi khusus membekali masyarakat dengan identitas dan menyejahterakan mereka melalui stabilitas budaya. Sementara itu, museum di era pascamodern merupakan wujud penyempurnaan dari museum modern. Dengan lebih memacu keikutsertaan pengunjung dalam menginterpretasi apa yang dilihat. Museum pascamodern dikelola dengan orientasi bisnis yang pada praktiknya lebih menitikberatkan manajemen dan marketing dalam menghadapi tantangan sosio-kultural yang semakin kompleks.

Transformasi dari museum sebagai ‘kuil kebudayaan’ menjadi ‘istana hiburan’ yang modern

Pendapat terakhir tentang museum pascamodern di atas diperkuat oleh Yunci Cai (2008), yang menggambarkan perubahan tersebut sebagai transformasi dari museum sebagai ‘kuil kebudayaan’ menjadi ‘istana hiburan’ yang modern. Menurutnya, museum di seluruh dunia telah mengubah diri menjadi pusat hiburan modern, mengganti aula tua berdebu mereka dengan ruang pameran yang lebih besar dan memesona, restoran dan toko-toko berkelas, serta ruang publik yang menarik. Untuk membuat museum lebih menarik dan mudah diakses, museum juga mengadopsi teknologi interaktif dan mengorganisasi program yang sangat sukses (blockbuster).

Terlihat bahwa fungsi pendidikan dan sosial museum menjadi lebih rumit saling terkait dengan perdagangan dan hiburan. Lembaga ilmiah tradisional yang sibuk dengan koleksi, display dan penelitian sudah tidak terlihat pada peran baru museum saat ini. Selain itu, Yunci juga berpendapat bahwa sikap baru dari museum di milenium baru tersebut adalah refleksi dari adaptasi konstan mereka terhadap tuntutan baru dari masyarakat. Hal positif dalam pandangannya ini adalah bahwa dalam mengadopsi edutainment, dan mengorganisasi program menarik yang relevan dengan sejarah dan budaya, museum melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan sejarah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan relevansi museum dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Museum sebagai Ruang Publik

Museum tidak lagi bertindak sebagai lembaga edukasi informal semata. Namun sebagai ruang publik tempat budaya dan kelompok masyarakat yang berbeda saling bertemu dan berhubungan. Untuk menjelaskan hal ini, Clifford meminjam istilah contact zone dari Mary Louise Pratt untuk menekankan interaktifitas alamiah dari hubungan antara berbagai kelompok masyarakat, pemangku kepentingan, dan museum. Sebagai “zona hubungan” (contact zone), fungsi-fungsi museum lebih sebagai ruang permeabel pertemuan transkultural daripada sebagai institusi yang secara ketat dibatasi oleh tugas menyebarkan pengetahuan kepada pengunjungnya. Clifford menuangkan kembali konsep museum sebagai sebuah ruang di mana kebudayaan dan kelompok masyarakat yang berbeda saling bersinggungan, berinteraksi, dan saling dipengaruhi oleh pertemuan itu (Mason, 2006).

Agen perubahan

Dengan adanya pergeseran orientasi, dari yang semula hanya berfokus pada koleksi hingga berusaha memenuhi tuntutan baru untuk menjadi relevan dengan masyarakat, museum juga mengalami perubahan peran edukasi dan sosial. Bahkan, dalam tingkatan tertentu museum dianggap sebagai institusi yang mengampu peran perubahan sosial. Biasa disebut agen perubahan (agent of change). Dalam menjalani peran sosial ini, museum kini dituntut untuk semakin terbuka terhadap bebagai kelompok dalam masyarakat. Keadaan inilah yang akhirnya memunculkan istilah ‘museum inklusif’, yang menurut R. Sandell dalam Mensch (2003) hampir sama dengan konsep museum komunitas.

The goal of the inclusive museum is to achieve cultural inclusion by representation of, and participation and access for those individuals or communities that are often excluded…...In general, a museum should play a role in generating social change by engaging with and empowering people to determine their place in the world, educate themselves to achieve their potential, play a full part in society and contribute to reforming it in the future.” (Mensch, 2003: 8)

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa tujuan dari museum inklusif adalah untuk mencapai inklusi budaya. Melalui representasi tentang individu, atau komunitas yang sering diabaikan, serta partisipasi dan akses bagi mereka. Secara umum, museum harus berperan dalam menghasilkan perubahan sosial. Melalui keterlibatannya dengan masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk menentukan posisi mereka di dunia. Mendidik diri mereka untuk mencapai potensi mereka. Berperan penuh dalam masyarakat, serta memberikan kontribusi untuk perbaikan masyarakat pada masa depan. Dalam hal ini, penyandang disabilitas termasuk ke dalam individu dan komunitas yang sering diabaikan keberadaannya dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.

Sejarah Museum Nasional Indonesia

Sejarah Museum Nasional Indonesia

Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah adalah museum arkeologi, sejarah, etnografi, dan geogradi yang berada di Jakarta Pusat. Museum ini menjadi museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara yang berdiri pada 24 April 1778.

Sejarah Berdirinya Museum Nasional Indonesia pada 24 April 1778 ini bermula dari pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sebuah lembaga kebudayaan di Batavia. Pada masa pemerintahan Inggris, 1811 sampai 1816, Thomas Stamford, direktur Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembentukan gedung baru. Gedung tersebut akan dibangun di Jalan Majapahit No.3 yang akan digunakan sebagai museusm dan ruang pertemuan untuk Literary Society, perkumpulan penyuka literatur. Museum (dan Galeri) Nasional Indonesia: Sepotong Wajah Bangsa.

Pada 1862, setelah museum sudah dipenuhi dengan beberapa koleksi, pemerintah Hindia Belanda mendirikan gedung museum pada 1868.  Pada 17 September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan museum ini kepada pemerintah Republik Indonesia.  Sejak saat itu, pengelolaan museum dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.  Kemudian, pada 2005, Museum Nasional telah dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Museum Nasional juga dikenal sebagai Museum Gajah. Pada halaman museum terdapat sebuah patung. Patung yang terletak di halaman Monumen Nasional adalah patung gajah berbahan perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871.  Sejak 28 Mei 1979, nama resmi dari lembaga ini adalah Museum Nasional Republik Indonesia.

Koleksi

Adapun benda-benda yang ada di dalam museum ini adalah: Arca kuno Prasasti Barang-barang kerajinan Koleksi-koleksi ini dikategorisasikan ke dalam: Etnografi Perunggu Prasejarah Keramik Tekstil Numismatik Relik sejarah Buku langka Benda berharga

Pada 2001, tercatat ada 109.342 buah koleksi yang berada di dalam Museum Gajah.  Dari jumlah tersebut, museum ini kemudian dikenal sebagai museum terlengkap di Indonesia. Koleksi pun semakin bertambah, sampai pada 2006, jumlah koleksi museum telah melebihi 140.000 buah.  Koleksi paling menarik di dalam museum ini adalah patung Bhairawa. Patung Bhairawa menjadi patung tertinggi di Museum Nasional (414cm).  Patung ini berupa laki-laki yang berdiri di atas mayat dan deretan tengkorak serta memegang cangkir yang terbuat dari tengkorak di tangan kiri dan keris pendek gaya Arab di tangan kanan. Patung ini diperkirakan ditemukan di Padang Roco, Sumatera Barat, yang berasal dari abad ke-13 atau 14.

Sejarah Museum Pos Indonesia

Sejarah Museum Pos Indonesia

Melansir posindonesia.co.id, Museum Pos Indonesia didirikan sejak masa penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1931. Bangunan museum didesain oleh arsitek bernama J Berger dan Leutdsgebouwdienst.
Mulanya, museum yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda itu dinamai Museum PTT (Pos Telegraf dan Telepon). Koleksi PTT terdiri dari prangko-prangko dari dalam negeri, maupun luar negeri. Pada masa Perang Dunia II, tepatnya saat Indonesia jatuh ke tangan Jepang, PTT menjadi tidak terurus, bahkan nyaris terbengkalai. Setelah Indonesia merdeka, barulah timbul gagasan untuk mendirikan museum pos dan giro. Museum tersebut akan diisi dengan koleksi berupa prangko-prangko dan beragam foto serta peralatan pos yang memiliki nilai sejarah. Untuk mewujudkan gagasan itu, pada 18 Desember 1980, Direksi Perum Pos dan Giro membentuk Panitia Persiapan Pendirian Museum Pos dan Giro. Panitia ini bertugas melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan perkembangan pos di Indonesia dan layak dijadikan koleksi museum.
Pada 27 September 1982, bersamaan dengan peresmian penerapan Sistem Kode Pos Indonesia untuk keperluan internal Perum Pos dan Giro yang bertempat di ruang lantai dasar Kantor Pusat Perum Pos dan Giro, panitia memamerkan benda-benda bersejarah yang telah dikumpulkan. Satu tahun kemudian, yakni pada 27 September 1983, Museum Pos dan Giro diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Achmad Tahir. Acara peresmian museum bertepatan dengan Hari Bakti Postel ke-38. Sejalan dengan perubahan status perusahaan dari Perusahaan Umum Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia (persero), nama Museum Pos dan Giro juga diubah menjadi Museum Pos Indonesia. Perubahan nama Museum Pos Indonesia dilakukan pada 20 Juni 1995.

BACA JUGA : PREDIKSI BUNGA MIMPI JITU DAN AKURAT
BACA JUGA : BANDAR TOGEL TERPERCAYA

OKEWLA

OKEWLA